Kamis, 15 Agustus 2019

Level 11 Day 8

Fitrah Seksualitas
Day 8









*Definisi Pelecehan* *seksualitas*

Pelecehan seksual adalah perilaku pendekatan-pendekatan yang terkait denga bn seks yang tak diinginkan, termasuk permintaan untuk melakukan seks, dan perilaku lainnya yang secara verbal ataupun fisik merujuk pada seks.

 *Pelecehan seksual terhadap anak*
adalah suatu bentuk penyiksaan anak di mana orang dewasa atau remaja yang lebih tua menggunakan anak untuk rangsangan seksual. Bentuk pelecehan seksual anak termasuk meminta atau menekan seorang anak untuk melakukan aktivitas seksual (terlepas dari hasilnya), memberikan paparan yang tidak senonoh dari alat kelamin untuk anak, menampilkan pornografi untuk anak, melakukan hubungan seksual terhadap anak-anak, kontak fisik dengan alat kelamin anak (kecuali dalam konteks non-seksual tertentu seperti pemeriksaan medis), melihat alat kelamin anak tanpa kontak fisik (kecuali dalam konteks non-seksual seperti pemeriksaan medis), atau menggunakan anak untuk memproduksi pornografi anak.

[15/8 10.03] +62 813-8156-9855: *Efek kekerasan seksual terhadap anak*

✅ Psikis : depresi, ketakutan, trauma, dll
✅ Seksual : rusak hingga tidak berfungsinya organ seksual
✅ Relasi Seksual : pengucilan, stigmatisasi, berkurangnya kesejahteraan sosial
✅ Hak melanjutkan pendidikan : dilarang mengikuti ujian, dikeluarkan dari sekolah
✅ Hilangnya nyawa

di antara masalah lainnya. Pelecehan seksual oleh anggota keluarga adalah bentuk *_incest_* dan dapat menghasilkan dampak yang lebih serius dan trauma psikologis jangka panjang, terutama dalam kasus *_incest* orang tua.
[15/8 10.04] +62 813-8156-9855: *Bagaimana orangtua mencegah pelecehan seksual pada anak*

➡️ *Ajarkan anak tentang anatomi tubuhnya*

Pengenalan anggota tubuh harus dilakukan sedini mungkin, termasuk dengan penamaan yang tepat untuk genitalia mereka. Banyak orangtua yang memilih ‘menghaluskan’ istilah anatomi tubuh seperti “payudara”, “penis”, atau “vagina” dengan kata-kata yang menurut mereka lebih bisa diterima. Cara ini salah. Dengan mengajarkan anak nama-nama yang tepat untuk setiap bagian tubuh, mereka akan lebih akurat saat menceritakan apa yang terjadi pada mereka jika seseorang melecehkan mereka. Dengan menggunakan istilah anatomi yang sesuai, semua orang yang terlibat akan memahami persis apa yang anak-anak maksud guna meminimalisir kemungkinan salah tafsir. Misalnya, akan jauh lebih jelas jika seorang anak bisa melaporkan pelecehan yang terjadi dengan, “orang itu menyentuh vaginaku dengan penisnya” dibanding dengan jika ia mengatakan “orang itu pegang burungku.”

➡️ *Ajarkan anak mengenai batasan
Prinsip*

yang paling utama yang harus Anda ajarkan sejak dini adalah tubuh adalah milik pribadi, bahwa setiap manusia memiliki hak untuk menentukan apa yang bisa dan akan mereka lakukan terhadap tubuhnya masing-masing, siapa yang boleh menyentuhnya, dan bagaimana orang lain menyentuh tubuh mereka. Hak setiap anak harus dijamin dan diperlakukan sama, layaknya orang dewasa.

➡️ *Ajarkan pula bahwa ada area-area tertentu yang tidak boleh dilihat atau disentuh sama sekali oleh orang lain,*

Dengan catatan, jika kondisi tubuh anak mengharuskan untuk diperiksa oleh tenaga medis, jelaskan bahwa hal tersebut boleh-boleh saja karena pemeriksaan ini berkaitan dengan kesehatannya, dan temani anak selama pemeriksaan berlangsung. Hormati pula keinginan mereka, dan pastikan mereka mengetahui bahwa tidak siapapun, termasuk Anda, memiliki hak untuk menyentuh mereka tanpa seizin mereka. Tanyakan pada anak sebelum menyentuh mereka, seperti, “Mau mama gendong, nggak?” dan jangan berasumsi segala hal tidak apa-apa untuk dilakukan. Minta izin mereka untuk berikan ciuman, jangan langsung lakukan hal tersebut. Jangan sembarangan meminta mereka untuk memberikan ciuman atau pelukan kepada orang lain jika mereka tidak mau. Ajarkan mereka untuk bisa menolak dengan sopan.

➡️ *Ajarkan anak untuk menghormati tubuhnya dengan mengajarkan mereka untuk menghormati tubuh* *orang lain.*

Ajarkan anak-anak sejak dini untuk tidak melakukan apapun terhadap orang lain jika orang tersebut tidak menginginkannya. Contohnya, jika ia menggelitik Anda, atau saudaranya, terus menerus, Anda bisa dengan lugas katakan, “Aku tidak mau dikelitikin. Tolong hentikan, ya.” dan pastikan anak-anak Anda menghormati keputusan Anda. Mengajarkan dengan contoh akan lebih mudah bagi anak untuk mengerti.

➡️ *Ajarkan anak untuk membedakan mana sentuhan yang baik dan yang tidak baik*

Sentuhan yang baik adalah sentuhan yang bisa memberikan kita kenyamanan dan merasa dipedulikan. Jelaskan pula pada anak bahwa terkadang, sentuhan yang baik bisa saja terasa sakit, misalnya, saat membersihkan luka. Memang sakit, tapi akan membuat ia jadi lebih baik.
Sedangkan sentuhan yang tidak baik adalah sentuhan yang menyakitkan, baik secara fisik maupun emosional. Contohnya: saat seseorang memukul, mencubit, atau menendangnya. Satu jenis sentuhan lainnya adalah sentuhan yang tidak diinginkan, yang biasanya adalah sentuhan yang baik, tapi tidak diinginkan untuk saat ini. Misalnya, diayunkan di ayunan rasanya sangat menyenangkan, tapi jika dilakukan setelah makan siang, mungkin anak Anda akan merasa pusing dan mual, makanya mereka cenderung tidak menginginkannya.

➡️ *Ajarkan anak, mana yang termasuk pelecehan seksual*

Sentuhan yang termasuk pelecehan seksual sangat jelas, tidak akan membingungkan orang lain bahkan jika menggunakan istilah yang tidak lazim digunakan. Sentuhan pelecehan seksual adalah jenis-jenis sentuhan yang membuat anak-anak takut, cemas, atau gelisah di bagian-bagian tubuh privat (yang biasanya tertutup pakaian sehari-hari, termasuk baju renang). Jelaskan kepada anak bahwa sentuhan ini mungkin seperti “baik”, tapi terasa tidak nyaman. Jelaskan pada anak bahwa jika seseorang menyentuh mereka dan kemudian meminta mereka untuk menjaga rahasia tentang sentuhan tersebut, maka sentuhan tersebut adalah pelecehan seksual. Terangkan dengan jelas bahwa pelecehan seksual juga bisa terjadi jika mereka disentuh saat mereka menggunakan pakaian lengkap, contohnya seseorang meraba celana atau rok mereka.

➡️ *Saat Anda menyentuh anak Anda, tanyakan mereka tentang arti sentuhan tersebut untuknya.*

 Tanyakan pertanyaan seperti, “Sekarang, boleh nggak aku memegang tanganmu?” atau, “Kalo sekarang orang lain (kakak/om/tante) pegang perutmu, boleh nggak?” Coba untuk minta anak menjelaskan alasan mereka mengenai boleh atau tidaknya sentuhan tersebut.

➡️ *Ajarkan anak berkata “tidak”*

Adalah hal yang sangat umum bagi anak untuk mendengar perintah seperti, “Turuti kata ayahmu!” atau, “Jangan bandel, kan ibu sudah bilang jangan lakukan itu!”. Namun, di usia sedini itu akan sangat sulit bagi anak-anak untuk bisa membedakan mana perintah yang harus mereka turuti dan perintah yang tidak harus mereka jalankan.

➡️ *Ajarkan anak bahwa mereka memiliki hak untuk menolak dan berkata tidak.*

Mayoritas kasus pelecehan anak dilaporkan berdasarkan paksaan dan bukan kekerasan fisik. Mengajarkan anak untuk bisa berkata “tidak!” dengan jelas dan tegas dapat memberikan perbedaan yang signifikan di banyak situasi. Memang ada beberapa batasan jelas di mana anak tidak bisa berkata tidak, dan disinilah kebingungan orangtua bisa terjadi. Saat berdiskusi dengan anak, perjelas bahwa mereka bisa bilang tidak kepada siapapun yang ingin mencium mulut, menyentuh vagina, penis, dada, atau bokong mereka, atau bagian-bagian tubuh lainnya yang biasanya tertutupi pakaian. Perjelas pula bahwa mereka punya hak untuk menolak dengan keras jika orang tersebut mengatakan bahwa sentuhan ini aman dan tidak akan membuat mereka dihukum. Ajari anak untuk mempercayai insting mereka dan jika sesuatu terasa aneh, katakan tidak.

➡️ *Dampingi anak di kehidupannya*

Sisihkan sebagian waktu Anda untuk bersama anak di mana mereka bisa mendapatkan perhatian penuh dari Anda. Pastikan kepada mereka bahwa mereka bisa curhat kapan saja mengenai segala hal yang terjadi di keseharian mereka, atau jika mereka memiliki pertanyaan tertentu, atau jika mereka merasa seseorang membuat mereka merasa tidak nyaman. Pastikan pula bahwa mereka tidak akan mendapat masalah jika menceritakan hal-hal tersebut. Banyak pelaku pelecehan yang menggunakan trik ancaman atau suap agar korbannya menjaga rahasia tentang kekerasan yang mereka alami. Dibandingkan dengan menggunakan pertanyaan tertutup, seperti, “Sekolah hari ini seru?”, berikan pertanyaan lanjutan yang memberikan anak kesempatan untuk mengelaborasi ceritanya, seperti, “Ada lagi yang ingin kamu ceritakan ke mama?”.
Selalu ingatkan anak bahwa tidak apa-apa untuk berbicara dengan Anda, terlepas dari apapun topik pembicaraannya. Dan ingat, peran Anda sebagai orangtua adalah untuk selalu tepati janji dan jangan berikan hukuman saat mereka bicara jujur dengan Anda.

➡️ *Bekali anak dengan* *nomor telepon darurat*

Ajari anak bagaimana cara untuk menelepon
Ajarkan anak untuk menghafal no. Hp kedua orangtuanya
Berikan informasi tentang nomor layanan darurat yang hanya digunakan dalam keadaan darurat bukan main-main.

➡️ *Biasakan agar anak selalu berpakaian tertutup
Meskipun di dalam rumah,*

biasakan anak Anda untuk selalu berpakaian tertutup agar tidak menimbulkan efek merangsang saat orang lain melihat tubuhnya. Kebanyakan kasus pencabulan yang dilakukan oleh orang-orang terdekat terjadi karena cara berpakaian anak yang terbuka.
Sedini mungkin, Biasakan anak memakai pakaian dalam dan pakaian luar
Terapkan peraturan bahwa pakaian dalam bukanlah pakaian yang digunakan sehari hari tanpa pakaian luar
Hindari berganti baju di depan anak-anak. Lebih baik katakana “permisi” dan meminta mereka keluar sebentar

➡️ *Berikan pemahaman seks yang benar*

Sebagai orang yang paling dekat dengan anak, orang tua khususnya ibu tentu harus mampu memberikan perhatian dan perlindungan kepada anak, utamanya kepada anak perempuan. Jalin komunikasi yang baik dengan anak agar mereka selalu terbuka dan tidak segan bercerita kepada Anda mengenai hal-hal yang menurutnya tidak wajar. Jika anak Anda tiba-tiba menjadi pendiam, sebagai orang tua Anda juga harus peka dan segera mencari tahu penyebabnya, karena perubahan sikap bisa menjadi tanda bahwa anak sedang mengalami suatu masalah.
[15/8 10.04] +62 813-8156-9855: Berdasarkan buku karangan Watik ideo yang berjudul “ *Aku Anak yg Berani, Bisa Melindungi Diri Sendiri”.*

 *Ada beberapa tips untuk Orangtua saat menghadapi pertanyaan anak :*

▶️ *Mengapa Berbeda??*
Sedapat mungkin, tenangkan diri anda ketika anak mulai bertanya tentang organ reproduksi. Ini adalah langkah awal untuk mengenalkan bagian organ genital kepada anak.
Jika anak anda mulai bertanya lebih jauh tentang organ kemaluannya, jelaskan dengan bahasa sederhana namun tetap ilmiah.
Jika Anak anda cukup kritis. Mungkin anda juga perlu menunjukkan gambar anatomi tubuh manusia kepadanya
Ingat, anak-anak tidak pernah memikirkan pornografi kecuali jika anda yang bersikap tidak wajar saat mengenalkannya
Ajak anak untuk mengaktifkan otak kiri ketika ia mulai bertanya tentang organ tubuh. Otak kiri adalah pusat logika .

▶️ *Pipis Di mana??*

Perkenalkan toilet training kepada anak sejak dua tahun
Biasakan untuk tidak mengajarkan anak (terutama anak laki-laki) buang air kecil di area umum karena kejahatan seksual bisa saja terjadi di sekitar
Biasakan anak untuk pipis terlebih dahulu sebelum berpergian. Namun, jika tidak memungkinkan tetaplah konsisten mencari toilet ketika sedang diluar rumah
Ajari anak untuk mengenali toilet pria dan wanita. Jika anak lelaki ditemani olah ayah untuk ke toilet pria. Dan anak perempuan ditemani ibunya ke toilet wanita
Jika sudah mampu, ajari mereka untuk cebok/ membersihkan organ genitalnya sendiri

▶️ *Dari mana asalnya adik bayi??*
Jangan marahi anak ketika mereka mulai bertanya tentang bagaimana proses kehamilan dan reproduksi
Jangan pernah memberi penjelasan yang tidak realistis. Misal adik bayi dibeli dari toko dll
 Jangan terlalu mendetail menjelaskan hubungan intim suami istri, karena percayalah anak-anak usia 3-7 tahun tidak akan bertanya sejauh itu
Awasi tontonan anak. Tayangan film kartun atau game terkadang juga memiliki konten yang tidak bagus untuk anak.

 ▶️ *Sakit ga sih khitan itu??*

Jika sudah cukup usianya, beri anak informasi tentang apa itu khitan, beserta manfaatnya
Jangan dipaksa jika anak masih takut untuk di khitan
Motivasi dari teman/ sebaya terkadang lebih ampuh untuk membuat anak melakukan khitan
Pilih saat yang tepat untuk mengkhitan anak. Misal saat liburan sekolah, sehingga masa pemulihannya tidak mengganggu waktu sekolah
Berikan kasih sayang dan motivasi saat anak melakukan pemulihan pasca khitan

▶️ *Apakah ada monster, jika tidur sendiri#*

Jangan memakai satu selimut berdua/beramai ramai dengan anak. Berikan anak perlengkapan tidurnya sendiri
Mulai ajari anak untuk tidur sendiri, jika dirasa sudah siap
Pakaikan pakaian tidur jika waktunya tidur
Ajari anak untuk mengetuk pintu saat akan masuk ke kamar tidur orangtua atau anggota keluarga lainnya

 *Video tentang pendidikan seksual kepada anak*

https://www.youtube.com/watch?v=oNZZ1ED9vuE&feature=youtu.be
https://www.youtube.com/watch?v=B6_zF490u2U&feature=youtu.be
https://www.youtube.com/watch?v=DOEXMxrq0YM&feature=youtu.be




 *Daftar Pustaka*
https://id.wikipedia.org/wiki/Pelecehan_seksual
https://id.wikipedia.org/wiki/Pelecehan_seksual_terhadap_anak
https://www.google.com/search?q=efek+kekerasan+seksual+pada+anak&safe=strict&client=firefox-b-d&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwjPwNihiILkAhUKElAKHff1CukQ_AUIESgB&biw=1352&bih=637#imgdii=7jySleW5b5z3jM:&imgrc=7JH18H97PXVabM:
https://doktersehat-com.cdn.ampproject.org/v/s/doktersehat.com/mencegah-pelecehan-seksual-anak/amp/?usqp=mq331AQEKAFwAQ%3D%3D&amp_js_v=0.1#referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com&amp_tf=Dari%20%251%24s&ampshare=https%3A%2F%2Fdoktersehat.com%2Fmencegah-pelecehan-seksual-anak%2F
Watik ideo. (2014). Aku Anak yg Berani, Bisa Melindungi Diri Sendiri. Jakarta : Gramedia.
 yang berjudul “Aku Anak yg Berani, Bisa Melindungi Diri Sendiri”.
[15/8 15.50] +62 822-7769-4414: Diskusi kelompok 7


Sesi Tanya Jawab :
pertanyaan 1 : melia sari ( Genteng, Banyuwangi)

sejak kapan kita mulai memberitahu anak mengenai anatomi tubuhnya dengan nama2 yang seharusnya?

Pengenalan anggota tubuh harus dilakukan sedini mungkin, termasuk dengan penamaan yang tepat untuk genitalia mereka. Banyak orangtua yang memilih ‘menghaluskan’ istilah anatomi tubuh seperti “payudara”, “penis”, atau “vagina” dengan kata-kata yang menurut mereka lebih bisa diterima. Cara ini salah.
Dengan mengajarkan anak nama-nama yang tepat untuk setiap bagian tubuh, mereka akan lebih akurat saat menceritakan apa yang terjadi pada mereka jika seseorang melecehkan mereka. Dengan menggunakan istilah anatomi yang sesuai, semua orang yang terlibat akan memahami persis apa yang anak-anak maksud guna meminimalisir kemungkinan salah tafsir. Misalnya, akan jauh lebih jelas jika seorang anak bisa melaporkan pelecehan yang terjadi dengan, “orang itu menyentuh vaginaku dengan penisnya” dibanding dengan jika ia mengatakan “orang itu pegang burungku.”

Anak perempuan saya 10th masih suka digendong di pundak pamannya, masih boleh ga ya bun?
sebaiknya dihindari bun, dan diberi penjelasan pelan-pelan, karena usia 10 th untuk beberapa anak sudah mulai tumbuh organ kewanitaannya. Usia sekitar 9 atau 10 tahun, merupakan titik yang sangat rawan. Perempuan dapat mencapai aqil baligh pada usia ini dengan ditandai adanya menarche (menstruasi pertama). Sementara anak laki-laki pada umumnya akan mengalami ihtilam (mimpi basah) sekitar 2 atau 3 tahun sesudah usia itu. Sekalipun demikian, di masa sekarang semakin banyak anak yang mengalami ihtilam lebih awal dibanding anak-anak di masa sebelumnya. Usia 10 tahun pun boleh jadi sudah ada yang menjadi muhtalim (orang yang mengalami mimpi basah). ada kejadian, anak tetangga krn stiap hari seringnya brmain, tidur brsama dg kakek, akhirnya tjd pelecehan seksual.


#fitriahseksualitas
#kuliahbunsayIIP
#Day11

Tidak ada komentar:

Posting Komentar